Valentino Rossi, From HERO to ZERO….?

filano

Setelah sempat memiliki prospek yang cukup baik pada lintasan basah di latihan bebas jumat sore, Rossi #46 semakin terpuruk dengan torehan yang dicapainya. Pada lintasan kering, Rossi semakin melorot hingga mengakhiri sesi kualifikasi pada posisi ke-13.

Tentunya, hal ini bukanlah hasil yang baik bagi pembalap kelas dunia macam Valentino Rossi. Namun begitulah roda kehidupan, yang terkadang membumbung berada diatas dan kadang pula terjun bebas ke bawah.

Ada sebuah peribahasa “ Sepandai-pandai tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga”. Peribahasa ini benar-benar pas disematkan pada Rossi. Kesuksesan yang didapatnya bersama Honda dan juga Yamaha menjadikannya bak raja yang mampu menakhlukkan semua jenis kuda besi.

Kejumawaannya inilah yang membuatnya semakin angkuh. Dia merasa kemenangan adalah hal yang mudah pada saat menunggangi Honda dan Yamaha dahulu. Namun saat mencoba Ducati, akhirnya kesombongan Rossi jatuh bebas. Rossi tak berdaya menjinakkan kuda besi asal italy tersebut. Kesombongan Rossi dan tim yang pernah dengan PeDenya mengatakan bahwa mensetting Ducati tak lebih lama dari Yamaha dan Honda akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi dirinya sendiri.

Semusim lamanya Rossi tak kunjung menemui performa terbaiknya bersama Ducati. Ducati pun rela menerima masukan Rossi dan memenuhi segala keinginan sang legenda balap tersebut. Ducati mencoba maklum dalam setahun karena rossi dianggap masih membutuhkan adaptasi. Namun, setahun berlalu, keinginan Rossi akan perbaikan kelemahan ducati sudah dilakukan namun hasilnya “NOL”. Rossi kembali memupuskan harapan Ducati untuk bersaing dengan pabrikan jepang secara kompetitif.

Apakah seburuk itu motor Ducati? Ternyata tidak. Kualifikasi GP Jerez sebagai buktinya, bahwa Ducati mampu untuk bersaing. Adalah Nicky Hayden yang membuka harapan Ducati tersebut melalui prestasinya yang mampu merebut posisi ke-3 tercepat. Sedangkan prestasi Hayden bertolak belakang dengan Rossi yang hanya memempati start ke-13 balapan hari ini.

Rossi pun berdalih, bahwa dirinya masih butuh waktu karena tidak mampu beradaptasi dengan Ducati. Rossi belum bisa menyelaraskan gaya balapnya dengan karakter Ducati saat masuk dan keluar tikungan sehingga banyak kehilangan waktu pada sektor ini.

Keberhasilan Hayden menembus 3 besar pada sesi kualifikasi adalah bukti Ducati mampu berbuat lebih dibanding apa yang telah dicapai Rossi. Karena inilah Rossi dan Tim mendapat kecaman keras dari pihak ducati. Ducati pun memberikan pilihan untuk menggunakan mekanik Ducati yang lebih berpengalaman sebelumnya untuk mensetting motor Rossi. Namun Rossi menolak, Rossi sekali lagi membela keputusannya untuk membawa kru sendiri, yang dipimpin oleh Jeremy Burgess.

Inikah akhir karir Rossi?? From HERO to ZERO?? Jika dalam waktu dekat Rossi tak mampu membuktikan kapasitasnya sebagai pembalap nomor wahid. Bukan tidak mungkin From HERO to ZERO pantas disematkan pada sang legenda. Bukan melulu karena tak mampu menjinakkan Ducati, terlebih karena tak mampu membuktikan kata-kata besarnya yang mampu dengan mudah mengubah sukses Ducati layaknya Yamaha dan Honda. (fnc)