Sebuah Tulisan Berbuah Penyumbang Arogansi di Jalan Raya

filano

r25_ninja250_cbr250

Pembaca sekalian, beberapa hari ini admin begitu mengikuti perkembangan Yamaha YZF-R25. Antusiasme perbincangan R25 mengarah pada hal-hal yang admin anggap sedikit ‘negatif’ padahal jika brosis mencermati lebih baik maka R25 pun tak bedanya kompetitor.

Pembahasan R25 yang terlalu ‘mengumbar’ power maksimum 36 PS sebagai kelebihan diatas segalanya membuat kita menjadi tidak obyektif menilai sesuatunya. Obyektifitas kita akan terbutakan dengan master poin yang begitu dibanggakan. Mengapa demikian?

Baik R25, Ninja 250 FI dan CBR 250R sama-sama diposisikan sebagai motor konsumsi massal yang penting mengedepankan kenyamanan berkendara yang ditujuan untuk keperluan harian. Nah, masing-masing produk pun memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mengumbar dan mengagungkan produk dengan power paling besar memang diperbolehkan, namun jika terlalu dijadikan tolok ukur bahasan maka akan banyak memakan ‘korban’.

Penting disadari, tulisan kita memiliki pembaca yang beragam umurnya. Ada yang mampu menelaah apa yang kita sampaikan, ada pula yang menelan mentah-mentah bukan dari konten parahnya hanya melihatnya pada judul. Motor yang diatas kertas memiliki dominasi power, secara otomatis memociptakan mainset motor kencang, efeknya tak hanya dijadikan bahan obrolan namun akan dijadikan uji kesombongan di jalanan.

Ini loh motor ku terkencang, apalagi jika ada orang lain yang meladeni, sebisa mungkin akan menciptakan opini bahwa motor yang dibelilah yang paling superior dari lainnya. Menciptakan mainset seperti itu baik jika diaplikasikan di jalur yang tepat, namun jika dijalan raya maka kita lah yang menyumbang arogansi penunggang motor yang secara pemikiran produk  yang dimilikinya diagungkan sebagai motor terkencang dari kompetitornya. (red)