Injeksi Bukan Hanya Sekedar Gaya

lexi

Catalyc Converter sebagai pendukung injeksi

Bukan sekedar gaya, ya itulah benang merah yang bisa saya tarik dari kesimpulan sistem pengkabutan bahan bakar injeksi.

Dimulai dari awal muncul nya sistem ini beberapa tahun silam, Honda sebagai pioner dalam mengaplikasikan sistem ini pada motor produksi indonesia pertama kali. Sempat dianggap sebagai produk gagal karena penjualannya sama sekali tak mencapai target yang diharapkan. Kenapa? hal ini dikarenakan pemikiran masyarakat yang masih sempit akan sistem injeksi bahan bakar.

Ketidaksuksesan honda mengenalkan produk injeksi, tak berarti membuat kompetitor juga takut menggunakannya. Giliran sang jagoan yamaha indonesia dikenalkan ke publik, Yamaha V-IXION pun juga menggunakan menggunakan sistem injeksi. Namun, siapa yang menyangka sistem injeksi yamaha mampu diterima masyarakat tanpa takut disusahkan oleh teknologi canggihnya. Mengapa? Ini ada hubungannya dengan gelaran motogp. Desain Deltabox vixion yang mengadopsi Yamaha R15 diindia dianggap memiliki desain sempurna yang sesuai selera masyarakat indonesia yang pastinya menggemari motogp. Bener-bener serasa memiliki tunggangan yang sporty abis…..

Part PGM-Fi, komposisi campuran BBM dan udara bisa lebih optimal

Didukung pula sistem injeksi, vixion yang memiliki silinder 150cc digadang2 sebagai penakhluk jalanan dengan kecepatannya. Tak ayal, banyak generasi muda yang memiliki motor yang satu ini mzbro.  Berkaca dari kesuksesan Vixion itulah, momok yang melekat pada sistem injeksi bisa berkurang.

Terlepas dari GAYA, Injeksi tak lagi dianggap menyusahkan pemilik motornya. Memiliki motor injeksi ternyata mudah walaupun tetap mengandalkan bengkel resmi dalam proses perawatannya. Dengan sistem injeksi bahan bakar menjadi lebih irit karena proses pengolahannya yang lebih maksimal.

Tak hanya itu, dengan injeksi pula emisi pembakaran pada motor dapat ditekan maksimal sehingga menghasilkan gas buang yang ramah lingkungan. Bayangkan saja bila dibandingkan, CO (Karbon Monoksida) yang dihasilkan Supra X125 versi karburator berkisar pada angka 4,18 gr/km. Sedangkan pada Supra Helm In PGM-FI lebih rendah diangka 0,104 gr/km. Untuk Hidro Carbon (HC), versi karburator berkisar diangka 0,77 gr/km sedangkan injeksi diangka 0,058 gr/km. Dengan begitu udara menjadi lebih segar tentunya.

Namun ada sedikit yang mengganjal di hati, bila kendaraan harus lulus seleksi euro 3 dalam faktor emisi gas buangnya apakah pabrik-pabrik yang asap hitam nya mengepul harus lulus seleksi euro 3 juga? ……….(fnc)