Honda SH150i, Riwayatmu Kini…

lexi

MotoMaxone.com – Banyak yang mengenal Honda sebagai produsen sepeda motor yang sukses untuk pasar motor di Indonesia. Pangsa pasarnya pun cukup meroket. Namun masih tetap ada produk mereka yang harus disuntik mati saat ini.

AHM Honda memasarkan beberapa varian tipe sepeda motor untuk pasar Indonesia. Sebut saja Cub (Bebek), Matik dan Sport. Diantara ketiganya, skuter matik yang sangat mendominasi. Tak terkecuali oleh brand motor lain.

Salah satu produk motor yang tak lagi masuk dalam line up jualan Honda adalah Honda SH150i. Skuter matik yang didesain macam motor bebek ini bukan produk asli AHM melainkan produk buatan Thailand, ya build up Honda Thailand.

Diperkenalkan untuk pasar Indonesia sejak 2017 silam, SH150i ini tak cukup populer dan moncer penjualannya. Meski berlabel desain bergaya Eropa, namun statusnya yang merupakan barang impor ini yang membuatnya terkendala terutama untuk positioning harganya. Sama dengan PCX dan Vario yang mengusung mesin 150cc, SH150i ini dibanderol menembus angka 42 jutaan.

Hal itulah yang menjadikan kelebihannya ibarat tak nampak. Sebut saja fitur Keyless, answer back system, anti theft alarm, headlamp LED berikut soket pengisian daya untuk perangkat gawai. Semua hal itu menjadi sia-sia.

Sejak meluncur Desember 2017 lalu, Honda SH150i mampu terjual sebanyak 140 unit. Namun ditahun berikut nya terus melorot. Seperti yang terjadi di Semester awal 2018, hanya laku 2 unit saja.

Itulah mengapa AHM pun memutuskan tak lagi menjualnya. Hal ini bisa dilihat di website resmi mereka yang tak lagi melihat Honda SH150i disana. Kondisi ini diakui oleh AHM yang memang tak lagi menawarkan motor tersebut. Namun mereka berjanji tetap men-support layanan purna jualnya untuk konsumen yang sudah membeli berikut ketersediaan suku cadangnya yang di support selama 7 tahun kedepan.

Dari pengamatan MM, sudah waktunya AHM menarik ikat pinggang. Produk CBU tak lagi digandrungi bila tipe dan fitur-fiturnya sejenis dengan produk lokal. Begitu pula dengan produk lokal, terlalu banyak tipe pada satu varian juga tidak terlalu efisien. Terkesan hanya ‘menjebak’ konsumen pada pilihan abu-abu yang sejatinya sama saja. (red)