Honda Hornet 2.0, Nyaris Sempurna Sebagai Penerus Honda Tiger

filano

Motomaxone.com – Melihatnya pertama kali langsung tertarik. Itu kesan pertama melihat Honda Tiger terbaru. Tapi ini versi New Delhi, India. Namanya Honda Hornet 2.0 (versi kedua, begitu maksudnya). Produk baru ini sontak membuat baper penggemar Honda di pasar Indonesia.

Mengusung kapasitas mesin yang hampir setara Honda Tiger, yang 200cc itu. New Honda Hornet 2.0 ini mengusung mesin 184,4 cc. Dengan model bodi mesin berdesain kisi-kisi mirip sport honda jaman millenium itu. Girbox nya pun mengusung fitur 5 percepatan. Sistem pendinginnya masih udara. Power maksimumnya 17,26 PS dan Torsinya 16,1 Nm. Sistem pengkabutan bahan bakarnya sudah menggunakan sistem injeksi PGM-Fi yang dilengkapi dengan 8 sensor onboard untuk mengatur campuran bahan bakar dan udara yang diklaim lebih besar dan optimal.

Untuk lampu utama a.k.a headlamp mengusung model dan teknologi LED. Sekilas penulis teringat dengan model headlamp nya New CB150R Streetfire di indonesia. Begitu juga dengan dua pasang lampu sein depan dan belakang yang menggunakan model LED mirip dengan CB150R Stallion Black yang penulis miliki. Lampu belakang juga sudah LED dengan desain keren.

Yang mengesankan desain Hornet 2.0 ini dibagian sekitar tangki yang dibuat berotot kekar. Didukung pula dengan desain shroud yang lebar dengan konsep dual layer. Bodi tangkinya terlihat seperti menggunakan model cover bodi. Penutup lubang pengisian bahan bakarnya juga sudah menggunakan desain rata.

Suspensi depan cukup mewah. Mengusung konsep desain upside-down buatan Showa pun dengan warna gold yang khas bernuansa premium. Penggunaan suspensi ini menjadi kan motor yang satu ini menjadi sport dikelas 200cc pertama yang menggunakan suspensi itu.

Turun kebagian bawah suspensi depan ini. Kita bisa melihat reflektor yang ditempatkan dikanan dan sisi kiri bagian ban. Pengereman depan dibekali dengan kaliper dua piston dari brand Nissin. Sedangkan bagian cakram nya mengusung model gelombang dengan model lebar. Terlihat ada sensor yang disematkan dibagian roda depan, entah apakah ini sensor ABS atau hanya sensor kecepatan saja.

Dibagian atas belakang terlihat jok yang khas digunakan oleh motor-motor sport di india. Bukan jok tandem ataupun jok terpisah. Desain jok nya mengusung model step- up. Semacam terpisah namun tetap berdekatan.

Panel instrumennya sudah digital ada settingan kecerahan LCD nya pula. Indikator gigi dan tegangan aki sudah termasuk dalam fitur MID nya. Ban depan dan belakangnya mengusung ban tubeless dengan ukuran gambot. Depan berukuran 110 sedangkan belakang berukuran 140 dengan ring velg 17 inch.

Leher knalpot lagi-lagi mengingatkan penulis pada CB150R Streetfire di indonesia. Namun bedanya Hornet 2.0 ini mengusung silinder yang relatif pendek namun menggembung. Footstep depan dan belakang persis sama dengan CB150R Streetfire.  Berikut juga suspensi belakang monoshock yang mana springnya berwarna merah itu. Honda Hornet 2.0 ini dijual di india dengan harga sekitar 25 jutaan.

Dari tadi kok lebih mirip dengan CB series ketimbang Honda Tiger ? :mrgreen: . Namanya juga generasi baru tentunya mengikuti tren terbaru layaknya CB150R Streetfire saat ini. Overall memang layak bila Hornet 2.0 ini diproyeksikan sebagai penerus kejayaan Honda Tiger. Namun satu yang sepertinya akan kurang cocok dengan selera Indonesia. Yaitu suspensi belakang monoshock itu. Yang sedikit melenceng dari ciri khas Honda Tiger yang mainstrem dikenal mengusung suspensi dual-shock itu. Dengan fitur yang hadir pada Hornet 2.0 ini tentu kecil kemungkinan bila dipasarkan di indonesia sebagai penerus Honda Tiger. Mengingat Honda akan kesulitan dalam posisi harga jualnya. CB150R Streetfire sendiri yang mengusung segmen 150cc dijual direntang harga 28-30 jutaan. Lalu berapa harga Hornet 2.0 ini nantinya bila masuk ke indonesia ?

Tentunya tak menguntungkan Honda pula bila produk ini masuk ke pasar indonesia. Harga baru tersebut bakal bersaing dengan harga seken motor naked 250cc 2 silinder bahkan yang saat ini berkutat direntang harga 35-37 jutaan. Namun lagi-lagi konsumen Honda termasuk konsumen mainstream. Loyalitas dalam pengakuannya pada pabrikan ini tak perlu diragukan. Bukan begitu ? (red)